Judul : Wawasan Islam Tiga Sifat Mental Manusia Dalam Beribadah - Islamedia
link : Wawasan Islam Tiga Sifat Mental Manusia Dalam Beribadah - Islamedia
Wawasan Islam Tiga Sifat Mental Manusia Dalam Beribadah - Islamedia
Tiga sifat mental manusia dalam Ibadah kepada Allah swt
Tiga sifat mental manusia ber ibadah |
Ikhlas ibadah berarti memperhambakan diri kepada Allah SWT dengan mentaati dan melaksanakan segala perintah-perintah dan anjuran-anjurannya, serta menjauhi segala larangan-larangannya karena mengharap keridhoaan Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan dengan penuh tanggung jawab disertai prasangka baik
Bahwa semua perintahnya dan larangannya adalah kebaikan semata dengan dasar keyakinan bahwa tidak mungkin Allah memerintahkan bila tidak ada kebaikannya dan tidak mungkin pula Allah SWT melarang bila itu tidak mendangkan keburukan.
Jin dan manusia sudah digariskan dalam Al-Qur’an untuk beribadah kepadanya sebagaiman Allah SWT jelaskan dalam Qs. Adz-dzariyat(51) ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Qs. Adz-dzariyat(51) ayat 56)
Dari ayat tersebut jelas menunjukan bahwa baik jin maupun manusia diciptakan Allah hanya untuk ibadah saja, karena itu dapat kita fahami bahwa ibadah bukan hanya sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah lain yang telah rutin dilakukan umat islam,
namun secara umum dapat diartikan bahwa yang dimaksud ibadah disini adalah seluruh aspek atau kegiatan hidup kita mulai dari bangun tidur, bekerja, menuntut ilmu sampai tidur lagi bahkan tidur itu sendiripun dapat bernilai ibadah apabila dilakukan dengan ikhlas dan benar,
sehingga ada suatu ungkapan: “tidurnya orang yang alim lebih baik dari ibadahnya orang yang jahil”, hal ini disebabkan karena orang alim tidurnya untuk ibadah sedangkan ibadahnya orang jahil karena taklid buta.
Menurut sebagian ulama ada tiga macam sikap mental yang mendorong seseorang untuk beribadah kepada Allah yaitu mental budak, mental pedagang dan mental pecinta.
1. Mental sifat budak
Mental budak berarti orang yang beribadah kepada Allah SWT karena takut akan siksanya dan takut akan nerakanya sebagai mana takutnya seorang budak kepada majikannya bila tidak melaksanakan tugasnya dengan baik akan mendapatkan hukuman atau siksaan, sikap mental semacam ini didalam beribadah tentu bukan perkara yang dilarang Allah SWT selama takut tersebut karena Allah SWT.
Firman Allah dalam Al-Qur’an
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya : “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku(Allah SWT), jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Qs.Ali Imron(3): 175)
2. Mental sifat Pedagang
Sikap mental kedua adalah mental pedagang yang mau beribadah kepada Allah bila mendapatkan untung berupa pahala yang banyak dan surganya Allah sebagaimana keinginannya mendapat untung ketika dia menjual barang dagangannya, sikap mental seperti inipun tidak dilarang selama ibadahnya dimaksudkan untuk mendapat keuntungan dari kemurahan atau pemberian Allah SWT semata karena Allah juga yang telah menjanjikannya, firman Allah dalam Qs.Al-Ma’idah(5) : 9
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya : “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
3. Mental Sifat pecinta
Dan sikap mental yang ketiga yaitu sikap orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan dasar cinta, dia tidak melihat hukuman atau siksa neraka dan tidak pula melihat hadiah pahala syurga, semua dilakukan atas dasar kesadaran yang tinggi, rasa syukur yang besar dan kerelaan yang tulus
karena telah mengenal keagungan Allah dengan baik sehingga ingin selalu berbuat yang terbaik agar selalu bisa dekat dan bertemu dengan Allah serta selalu ingat kepada Allah, dan hatinya menjadi tentram bila mengingatnya sebagai pertanda ada cinta dihatinya Qs. Ar-Ra’d(13) :28.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya :(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Sikap yang ketiga inilah sikap yang terbaik dan kita hanya bisa belajar dari manusia terbaik yaitu Nabi Muhammad SAW dalam suatu hadist yang diriwatkan dari Aisyah ra.
Baca : amalan yang bernilai pahala ibadah haji
Baca : amalan yang bernilai pahala ibadah haji
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. itu berdiri untuk bersembahyang malam, sehingga pecah-pecah kedua tapak kakinya. Saya berkata kepadanya: "Mengapa Tuan mengerjakan sedemikian ini, ya Rasulullah, padahal sudah diampunkan untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang dahulu dan yang kemudian?" beliau s.a.w. lalu bersabda: "Tidakkah saya ini seorang hamba yang banyak bersyukur." (Muttafaq 'alaih)
Demikianlah Artikel Wawasan Islam Tiga Sifat Mental Manusia Dalam Beribadah - Islamedia
Sekianlah artikel Wawasan Islam Tiga Sifat Mental Manusia Dalam Beribadah - Islamedia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Wawasan Islam Tiga Sifat Mental Manusia Dalam Beribadah - Islamedia dengan alamat link https://islamediasaya.blogspot.com/2017/08/wawasan-islam-tiga-sifat-mental-manusia.html
: