Wawasan Islam Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah karena Allah swt - Islamedia

Post a Comment
Wawasan Islam Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah karena Allah swt - Islamedia - Hallo sahabat Islamedia, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Wawasan Islam Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah karena Allah swt - Islamedia, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Ciri-ciri Ikhlas, Artikel Ikhlas karena Allah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Wawasan Islam Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah karena Allah swt - Islamedia
link : Wawasan Islam Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah karena Allah swt - Islamedia

Baca juga


Wawasan Islam Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah karena Allah swt - Islamedia



Ikhlas dan tidaknya amal perbuatan seseorang tidak dapat dinilai dari besar kecilnya, sedikit banyaknya harta yang dikeluarkan ,  sering tidaknya  perbuatan itu dilakukan, sopan atau tidaknya tutur kata yang diucapkan karena semua hal tersebut dapat saja direkayasa  dan dilakukan seseorang  karena strategi atau  mempunyai ambisi dan cita-cita duniawi.

 Sedang  orang yang ikhlas semua perbuatan yang dilakukannya tidak lebih dari sekedar menjalankan perintah Allah SWT dan hanya mengharapkan keridhoannya saja. Namun demikian ada ciri-ciri tertentu  yang dapat dikenali oleh orang yang melakukannya sebagai tolak ukur atau kendali diri dalam hati nuraninya apakah dia dapat berbuat yang ikhlas atau tidak di antara cirri-ciri yang dapat dirasakannya adalah :

1. Selalu Berhusnudzon kepada Allah SWT

            Khusnudzon berasal dari dua kata khusnu yang berarti baik dan dzon artinya prasangka, jadi khusnudzhon kepada Allah adalah berbaik sangka kepada Allah yaitu meyakini bahwa apa yang Allah SWT perintahkan, apa yang dilarang maupun  takdir yang menimpa terjadi semuanya adalah kebaikan yang mempunyai hikmah yang terkadang baru deketahuinya beberapa waktu kemudian dalam kehidupannya, karena pada semua peristiwa ada pelajaran yang dapat dipetik dan bentuk kasih sayang Allah, baik itu berupa teguran karena melakukan kesalahan agar tidak terus menerus berbuat kesalahan atau ujian yang membuat semakin yakin dan kokohnya iman didalam jiwa.
 
Orang yang ikhlas akan selalu berpandangan  bahwa apabila hidup dijalaninya dengan benar mengikuti ketentuan dan syariat-syariat Allah maka pasti akan menganggap bahwa semua yang Allah turunkan adalah kebaikan.

Firman Allah didalam Qs. An-nahl(16) : 30

وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ

Artinya : “ Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa”. (Qs. An-nahl(16) : 30)

2. Tiada mengharap balasan kecuali dari Allah SWT

Balasan dari manusia baik itu berupa harta benda, jabatan maupun pujian bukanlah tujuan yang ingin diraih dari orang-orang yang ikhlas karena dalam pandangannya semua itu hanyalah sekedar kembangnya saja sedangkan buahnya adalah keridhoan Allah SWT
Qs.An-Nur(24) : 38

لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya : “(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas”.( Qs.An-Nur(24) : 38)

Mengharap balasan kebaikan dari manusia akan melelahkan dan bersiap untuk kecewa karena terkadang  perbuatan baik yang kita lakukan pada seseorang belum tentu ia akan membalasnya dengan kebaikan juga, bahkan bisa jadi akan mendapat balasan yang buruk, untuk itu orang yang ikhlas jangankan balasan yang baik, ucapan terimakasih sekalipun tidak diharapkannya.  

Sayyidina 'Ali pun pernah berkata, orang yang ikhlas itu jangankan untuk mendapatkan pujian, diberikan ucapan terima kasih pun dia sama sekali tidak akan pernah mengharapkannya, karena setiap kita beramal hakikatnya kita itu sedang berinteraksi dengan Allah, oleh karenanya harapan yang ada akan senantiasa tertuju kepada keridhaan Allah semata. Firman Allah Al-Insan(76) : 9

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلا شُكُورًا

Artinya : “Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih”.( Qs. Al-Insan(76) : 9)

3. Tidak terpengaruh oleh pujian atau cercaan

Pujian orang, bisa membuat semangat untuk beramal lebih bergairah, hati terhibur bahkan bisa membuat orang menjadi bangga akan dirinya hingga melupakan tuhan yang telah mencurahkan nikmat kepadanya, sedangkan  cercaan atau cacimaki malah akan berakibat sebaliknya bisa membuat orang pesimis, menurun semangatnya, hati bersedih dan kecewa, kepercayaan pada diri sendiri akan berkurang dan minder, mengeluh dan meratapi nasib dan pada  puncaknya menyesali takdir dan menyalahkan Allah karena merasa keadilan Allah tidak berpihak kepadanya.

Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak memiliki sikap mental seperti ini karena baginya pujian tidak lebih dari sekedar apresiasi orang atas karya baik yang dilakukannya, dan bila salah menyikapinya bisa jadi malah akan membuatnya binasa, karena itu terhadap pujian, akan dianggap sebagai suatu tanda bahwa ia harus lebih berhati-hati dalam berbuat karena tanpa diminta ada saja orang yang siap untuk memberi penilaian, sedangkan terhadap cercaan dianggapnya sebagai bentuk kasih sayang dari seseorang yang tidak rela melihat dirinya melakukan kesalahan walaupun dia yakin bahwa apa yang dilakukannya adalah benar.

Secara manusiawi hampir semua orang ingin dipuji dan tidak suka dicacimaki namun bila kita menyadari bahwa manusia adalah mahluk yang lemah dan mudah melakukan kesalahan maka pujian tidak selalu mendatangkan kebaikan dan cacian pun tidak selamanya mendatangkan keburukan.

Firman Allah dalam (Qs. Al-Baqarah(2): 216)

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

Artinya : “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Qs. Al-Baqarah(2): 216

Orang yang ikhlas dia tidak akan pernah berubah sikapnya seandainya disaat dia berbuat sesuatu kebaikan ada yang memujinya, atau tidak ada yang memujinya bahkan dicacipun hatinya tetap tenang, karena ia yakin bahwa amalnya bukanlah untuk mendapatkan penilaian sesama yang mudah sekali berubah tetapi dia bulatkan seutuhnya hanya ingin mendapatkan penilaian yang sempurna dari Allah SWT, karena itu ketika ia melakukan kebaikan tidak menunggu-nunggu sampai ada orang yang melihatnya, pendek kata dalam situasi sendiri atau bersama orang lain akan tetap tampil apa adanya.

4. Senantiasa bersegera pada kebaikan 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat (Qs) Al-Baqoroh(2): 148)

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَمَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Qs. Al-Baqoroh(2): 148)


Rugi rasanya bila tidak ikut andil dalam kebaikan karena pada perinsipnya semua perbuatan baik yang dilakukan seseorang itu akan kembali kepada orang yang melakukannya, demikan pula perbuatan buruk walaupun sesaat terkesan menguntungkan namun pada hakikatnya keburukan tersebut akan kembali kepada orang yang melakukannya, baik itu kecil atau sedikit maupun besar sehingga ia tidak meremehkan dan Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil.

Diriwayatkan bahwa Imam Ghazali pernah bermimpi, dan dalam mimpinya beliau mendapatkan kabar bahwa amalan yang besar yang pernah beliau lakukan diantaranya adalah disaat beliau melihat ada seekor lalat yang masuk kedalam tempat tintanya, lalu beliau angkat lalat tersebut dengan hati-hati lalu dibersihkannya dan sampai akhirnya lalat itupun bisa kembali terbang dengan sehat. Maka sekecil apapun sebuah amal apabila kita kerjakan dengan sempurna dan benar-benar tiada harapan yang muncul pada selain Allah, maka akan menjadi amal yang sangat besar dihadapan Allah SWT.

5. Dapat menjaga ketulusan hati saat berbuat Amal Kebaikan 

Allah SWT memberi kebebasan kepada kita untuk melakukan kebaikan boleh dikerjakan dengan terang-terangan dan dapat juga dilakukang secara diam-diam sesuai dengan firmannya didalam Qs.Ar-ra’d (13) : 22

وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ
Artinya :
 Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)”.(Qs.Ar-ra’d (13) : 22)

Ayat diatas jelas sekali menunjukan bahwa bolehnya kita bersedekah secara terang-terangan untuk mencari keridhoaan Allah SWT bukan untuk mencari keridhoan mahluk atau mengharap pujian manusia yang penting hati terjaga dari maksud tersebut, selain itu dengan sedekah secara terang-terangan akan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama dan menjauhkan orang dari prasangka buruk (syu udzhon) kepada dirinya, terlebih bila ia adalah seorang yang dipandang termasuk orang yang berharta, dengan demikian iapun telah menolong orang lain dari berbuat dosa karna prasangkanya.

Namun bagi yang berpandangan bahwa ia tidak dapat menjaga hati bila ada orang yang memuji terhadap kebaikan yang dilakukannya, maka lebih aman baginya untuk memilih jalan sembunyi-sembunyi dengan  harus tetap pandai-pandai menjaga lidahnya untuk tidak menceritakan amal baiknya kepada orang lain, karena akan percuma saja menyembunyikan mengerjakan kebaikan manakala disaat yang lain ada keinginan untuk menceritakannya.      

Diantara dua cara tersebut masing-masing memiliki keutamaan baik yang terang-terangan maupun yang secara sembunyi namun dalam pandangan Allah SWT ternyata yang sembunyi-sembunyi lebih baik nilainnya sebagaimana terdapat dalam firmannya Qs. Al-Baqarah(2):271)

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Baqarah(2) : 271)

6. Tidak diskriminasi dalam berbuat kebaiakan

Berbuat baik kepada orang yang  baik kepada kita adalah hal yang sudah semestinya dan berbuat baik kepada orang  yang dikenal juga merupakan hal yang wajar, namun untuk berbuat baik pada semua manusia yang dikenalinya  atau yang tidak dikenalnya atau kepada orang yang memusuhinya disaat orang tersebut membutuhkan pertolongan dan bantuannya tidak semua orang mampu berbuat seperti itu,

Padahal Allah SWT mencontohkan kepada kita untuk berbuat baik kepada semua mahluk ciptaannya baik yang beriman yang taat padanya,  maupun kepada yang  kafir yang membangkang  kepadanya, semua dicukupi keperluannya, diberinya rizki, kesehatan, harta dan berbagai kenikmatan dan kesenagan hidup di dunia, dan Allah pun memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada siapa saja tanpa memandang status, suku, bahasa, bahkan agama sekalipun sebagaimana firmannya didalam Al-Qur’an surat Al-Hujurot(49) ayat 13

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.(Qs. Al-Hujurot(49) : 13)

Orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertaqwa yaitu orang yang selalu berbuat baik kepada siapa saja bukan hanya kepada sesama manusia tetapi terhadap binatang, tumbuhan dan alam lingkunganpun akan berlaku yang sama sebagai perwujudan ketaatan kepada sang pencipta Allah SWT.

7. Dikerjakan dengan senang hati dan atas kesadaran sendiri

Pekerjaan yang berat akan terasa berkurang beratnya, pekerjaan sulit akan dapat diatasi dan ditemukan solusinya,  bila semua dilaksanakan dengan hati ikhlas yang riyang dan atas kesadaran atau kemauan sendiri tanpa ada paksaan atau  tekanan dari siapapun, namun sebaliknya pekerjaan yang mudah dan spele akan terasa begitu sulit dikerjakaan bila tanpa adanya dorongan kesadaran yang timbul dari dalam hatinya.

Contoh yang sangat sederhana bisa kita lihat pada Seorang anak SD yang tinggal dipedalaman berjalan kaki beberapa kilo meter melalui jalan setapak yang sulit terlebih bila musim hujan jalan yang dilaluinya becek dan licin,  naik turun bukit, melintasi hutan ditambah lagi harus menyebrang sungai yang lumayan deras airnya, ternyata tidak menghalangi niatnya untuk berangkat menuju sekolah, sekalipun harus pagi-pagi dan perut belum terisi makanan, rutinitas seperti ini mereka lakukan dengan senang bahkan kadang diselingi canda tawa bersama teman seperjalanan, sementara dikota seorang anak SD yang bangunan sekolahnya terlihat dari rumahnya kadang-kadang tidak jadi berangkat ke sekolah bila tidak diantar oleh orang tuanya atau bila uang jajannya kurang.
      
Orang yang ikhlas adalah orang yang bergembira berbuat kebaikan karena adanya kesadaran yang tumbuh dari dalam hatinnya bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk melakukan suatu kebaikan dengan terpaksa atau dengan bersedih karena semua yang ditanam akan memberi buah, dan buah yang akan dipetik bergantung baik tidaknya tanaman yang ditanam, pertanyaannya, apakah layak orang yang ingin memetik hasil buah yang baik, manis dan segar bersedih?.  Allah SWT berfirman :

يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ

Artinya : “Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”. (Qs. Ali Imron(3) : 171)

Baca juga :   Hakikat Niat yang ikhlas dalam Ibadah Kepada Allah
                     Amalan-amalan dibulan Ramadhan
          Dan    Panduan Hidup Ikhlas dari A – Z

Demikian Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah karena Allah swt semoga bermanfaat,
Wawlohu ‘Alam bis showab
Wassalammualaikum  wr wb.


Demikianlah Artikel Wawasan Islam Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah karena Allah swt - Islamedia

Sekianlah artikel Wawasan Islam Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah karena Allah swt - Islamedia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Wawasan Islam Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah karena Allah swt - Islamedia dengan alamat link https://islamediasaya.blogspot.com/2016/11/wawasan-islam-ciri-ciri-orang-yang.html
Mang Aip
Semoga Hari Esok Menjadi Lebih Baik

Related Posts

:

Subscribe Our Newsletter